Sejarah Singkat Kodifikasi Hadits

Sejarah Singkat Kodifikasi Hadits


Hadis adalah sesuatu yang sangat penting karena hadis pada hakikatnya adalah petunjuk untuk memahami Al-Quran. Di masa lampau, hadis hanya dihafalkan. Sejarah kodifikasi hadis atau pembukuan hadis baru dilakukan secara resmi pada masa Umar bin Abdul Aziz, pada 99-101 Hijriah.

Umar bin Abdul Aziz merasa resah dengan tradisi menghafal itu. Ada kekhawatiran hadis -hadis akan hilang dari ingatan, terlewat diajarkan kepada generasi sesudahnya, atau tercampur antara hadis sahih dan yang palsu. Maka, Umar memandang kebutuhan mengkodifikasikan hadis sudah sangat mendesak.

Umar memerintahkan kepada setiap penghafal hadis di wilayah kekuasaannya untuk menuliskannya. “Perhatikan apa yang ada pada hadis Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. dan tulislah karena aku khawatir akan terhapusnya ilmu sejalan dengan hilangnya ulama, dan janganlah engkau terima selain hadis Nabi Shallallahu alaihi wasallam.,” demikian perintah Umar kepada Abu Bakar bin Muhammad bin Hazm.

Pada masa ini, kodifikasi lebih ditekankan pada proses pengumpulannya. Jadi, belum ada sistematika yang apik dan belum terklasifikasi mana yang sahih dan mana yang tidak. Klasifikasi dan sistematika itu baru dilakukan pada masa sesudahnya.

Tradisi Pemeliharaan hadis 

Yang menjadi pertanyaan adalah, dari mana hadis -hadis itu dikumpulkan? Untuk menjawab pertanyaan itu, perlu kita cermati bagaimana hadis -hadis dipelihara sehingga bisa dikodifikasikan seperti sekarang.

Awalnya, hadis itu terpelihara dalam hafalan para sahabat dan tidak dituliskan. Hal ini karena adanya perintah Rasulullah, “Janganlah kamu menulis apa saja dariku selain Al-Quran. Siapa yang telah menulis dariku selain Al-Quran, hendaklah dihapus.”

Perintah inilah yang menyebabkan dalam satu abad pertama tahun hijriah, tidak ada kodifikasi. Ini tak lain karena kehati-hatian para sahabat atas larangan Rasulullah tersebut. Mungkin, yang dilarang Rasulullah di sini adalah menuliskan hadis yang disandingkan dan dicampur-aduk dengan Al-Quran.

Hadis dipelihara dalam hafalan para sahabat dan diajarkan kepada generasi sesudahnya. Kita tahu, kegiatan menghafal adalah budaya bangsa Arab yang diwarisi sejak zaman pra-Islam. Kalaupun ada sahabat yang menuliskan hadis maka itu sifatnya untuk konsumsi pribadi.

Ketelitian Para Sahabat

Pada masa sepeninggal Rasulullah, para sahabat mengajarkan hadis -hadis yang mereka hafal kepada generasi sesudahnya. Dalam proses pengajaran ini, terdapat ketelitian dan kehati-hatian yang sangat tinggi, karena mereka menyadari pentingnya kedudukan hadis sebagai sumber hukum sesudah Al-Quran.

Kehati-hatian ini melarang seseorang meriwayatkan hadis  hanya dengan maknanya, tetapi harus benar-benar sama redaksinya dengan apa yang diucapkan Rasulullah. Bahkan, mereka tidak membolehkan untuk mengganti satu huruf pun.

Para sahabat menjaga hafalan hadis dari kekeliruan sebagaimana mereka menjaga Al-Quran. Abu Bakar Ash-Shidiq misalnya, selalu meminta mendatangkan saksi apabila ada seseorang menyampaikan hadis kepadanya. Demikian pula yang dilakukan Umar bin Khathab. Bahkan, Ali bin Abi Thalib selain meminta saksi, juga meminta seseorang bersumpah.

Penulisan Hadis

Seperti disinggung di muka, penulisan hadis telah ada sejak masa Nabi, namun bersifat perorangan dan tujuannya untuk konsumsi sendiri. Misalnya, Abdullah bin Amr bin Al-Ash, Jabir bin Abdillah bin Amr Al-Anshari, Anas bin Malik, Abu Hurairah Ad-Dausi, dan sebagainya. Tercatat ada 52 orang sahabat yang memiliki catatan hadis . Catatan inilah yang menjadi rintisan awal kodifikasi hadis .

Al-Sahifah al-Sahihah, karya Hammam bin Munabbih (40-101 H) adalah catatan hadis generasi pertama yang berisi kompilasi hadis dari catatan Abu Hurairah (wafat 59 H). Berdasarkan penelitian yang cermat oleh Umar bin Abdul Aziz, Hammam dipastikan bertemu langsung dengan Abu Hurairah.

Metode Referensi

Dalam proses kodifikasi, para ulama mengembangkan sistem referensi tepercaya yang tidak kalah bagus dibandingkan metode penelirian modern. Ada empat metode yang dikenal, yaitu:

Mengutip kata per kata secara langsung, dan ditulis di antara dua tanda kutip.

Mengutip kata per kata dan menambahkan sisi yang dianggap perlu di antara dua kurung.

Kutipan langsung dengan membuang bagian yang tidak relevan dengan memberi tanda tiga titik.

Kutipan tidak langsung, yakni mengambil intisari atau kandungan maknanya saja.

Keempat metode kutipan tersebut dapat kita cermati dalam kitab-kitab hadis.

Metode ini yang dikembangkan oleh kodifikator hadis pertama, Ibnu Shihab al-Zuhri. Beliau kemudian mengompilasikan hadis -hadis tersebut dalam satu buku, kemudian menggandakan dan mengirimkannya ke berbagai wilayah untuk mendapatkan respons dan legalisasi.

Kitab-Kitab hadis 

Sebagaimana dibahas di muka, kodifikasi pertama menekankan pada aspek pengumpulan. Barulah pada generasi berikutnya mulai dilakukan penelitian terhadap derajat hadis , klasifikasi dan pengelompokan sesuai derajat hadis , maupun penyusunan yang lebih sistematis berdasarkan bab-bab.

Kodifikasi hadis mencapai puncak keemasan pada abad ke-3 Hijriah. Pada masa itu, muncul beragam kitab dengan macam-macam metode penyusunan. Misalnya, Kitab Jami’, Sahih, Musnad, Sunan, Mustadrak, Mustakhraj, Mustadrak, dsb. Kitab-kitab itu yang menjadi rujukan umat hingga masa sekarang.

Wallahu a’lam bish-shawab.

AGAMA Informasi

Belum ada Komentar untuk "Sejarah Singkat Kodifikasi Hadits"

Posting Komentar

Catatan Untuk Para Jejaker
  • Mohon Tinggalkan jejak sesuai dengan judul artikel.
  • Tidak diperbolehkan untuk mempromosikan barang atau berjualan.
  • Dilarang mencantumkan link aktif di komentar.
  • Komentar dengan link aktif akan otomatis dihapus
  • *Berkomentarlah dengan baik, Kepribadian Anda tercemin saat berkomentar.

Artikel Terbaru

Cara mengatasi Tidak dapat atau tidak bisa download pada google Drive Karena Kelebihan Limit

Cara Mengatasi Google Drive Tidak Bisa Download karena Kelebihan Limit Apakah Anda pernah merasa frustrasi ketika hendak mendownload file da...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel