Beban Moral NGERiba

Beban Moral NGERiba
Beban Moral NGERiba
Beberapa tahun terakhir, gaung anti riba makin menggema. Masyarakat mulai tumbuh kesadarannya akan perihnya menjadi pelaku dan korban riba. Alhamdulillah, muncul komunitas-komunitas anti riba dengan beragam solusi yang bisa sama-sama kita ikhtiarkan.
Saya tidak akan berbicara secara religi mengenai riba, karena sudah banyak yang membahasnya. Saya hanya membagi pengalaman nyata selama lebih dari 15 tahun berkecimpung didunia yang banyak mengandung riba. Suka dukanya, pahit manisnya, sedih senangnya bercampur baur.
Menjadi tenaga pemasaran didunia otomotif dan alat berat merupakan pengalaman berharga. Jalinan relasi yang tercipta membuat kita banyak mengenal orang-orang penting, punya jabatan, punya kekayaan diatas rata-rata dan pastinya prestige. Benar, para pelanggan mobil dan alat berat pastilah mereka-mereka yang secara kategori dimasukkan pada golongan kalangan menengah atas. Belum lagi penghasilan menggiurkan yang diperoleh tenaga pemasaran, semakin banyak penjualannya pastinya berbanding lurus dengan pendapatannya

Kalau sebelum era '90an, pembelian mobil dengan sistem kredit tidak begitu booming, seiring perkembangan kapitalisme yang makin marak dimana mereka harus mencari sumber penghasilan baru, memperkuat jaringan usaha mereka dan pastinya memperbesar bisnis mereka, maka terciptalah beraneka ragam jenis leasing dengan syarat yang sangat ringan, iming-iming hadiah yang menggiurkan dan kemudahan-kemudahan yang diperoleh. Bertambah banyaklah nasabah-nasabah baru bermunculan.

Kalau dulu kebanyakan proses pinjaman lebih berorientasi pada sektor usaha dan pengembangan usaha, maka memasuki era milenial, masyarakat ditawarkan menjadi pelaku konsumtif. Mau beli apa saja walaupun tidak punya uang tunai, bisa difasilitasi dengan sistem kredit. Mau apa saja, barang-barang elektronik, furniture, barang pecah belah, motor, mobil, semua tersedia. Kalau dulu zaman orang tua kita terdahulu, jika ingin memiliki sesuatu barang, mesti bersusah payah dahulu, menabung sedikit demi sedikit sampai terkumpul hingga bisa memperolehnya. Tidak bisa membeli yang baru, mereka legowo membeli second. Kalau sekarang, tinggal pilih apa yang dimau sepanjang mau atau tidak mau membayarnya, bisa dieksekusi.
Apa akibat yang ditimbulkan? Pastinya, semua orang berlomba-lomba memiliki barang tanpa dasar yang jelas, apakah barang yang dibeli itu memang benar bermanfaat, benar-benar dibutuhkan atau hanya sekedar prestige saja? Sudah pasti mereka jadi budak hedonisme.
Kembali kepada cerita awal. Saya akan akumulasi beberapa kasus saja dari banyak proses yang dilakukan sepanjang berkarir didunia otomotif.

Ketika pelanggan kita mau membeli mobil, para tenaga pemasaran berlomba-lomba menawarkan dengan sistem kredit saja dibandingkan tunai. Jujur, diawal berkecimpung didunia ini, menjadi suatu kebanggaan dan kemenangan jika para pelanggan berhasil dibujuk membeli dengan sistem kredit, makin panjang tenornya makin bagus dan makin makmurlah kesejahteraan para tenaga pemasarnya dan makin berjayalah perusahaan walaupun ada yang dikorbankan. Bila perlu 10 tahun.
Dilain sisi, pelanggan secara tidak sadar digiring masuk dalam dunia riba yang kejam (Dosa Pertama!). Satu tahun, tiga tahun, empat tahun, bahkan enam tahun sanggup mereka jalani ketika keinginan punya mobil menggebu-gebu. Harga mobil bisa jadi dua kali lipat dari harga real nya akibat sistem bunga yang menjerat, berkali lipat.

Tidak semua pelanggan yang mengajukan proses kredit memenuhi kriteria kelayakan. Banyak yang kondisi keuangannya minim tapi memaksakan diri mengajukan kredit demi sebuah kata GENGSI. Akibatnya terjadi kecurangan disemua pihak, data pelanggan dimanipulir sedemikian rupa supaya proses pengajuan kreditnya disetujui (Berdosakah? Dosa Kedua!).
Belum lagi kalau pelanggan merupakan pelaku kredit macet yang seringkali bermasalah sehingga dikategorikan blacklist dan terancam prosesnya tidak disetujui.
Demi mengakomodir pelanggan, seringkali tenaga pemasaran dan pihak leasing berkolaborasi tanpa sepengetahuan pelanggan yang bersangkutan, let's say customer satisfaction. Mereka tahunya terima beres, uang muka mereka bayar, cicilannya mereka sepakati, mobil siap diserahkan.
Selanjutnya, setelah kata sepakat terjadilah akadnya. Mobil diterima pelanggan, proses beralih antara pihak leasing dan pelanggan. Dealer dan tenaga pemasaran tidak memiliki kewajiban lagi secara pembayaran kecuali hal-hal tekhnis berhubungan dengan kendaraan. Satu bulan, dua bulan proses pembayaran kreditnya berjalan lancar. Memasuki bulan ketiga dan seterusnya, banyak yang bermasalah, karena besar pasak daripada tiang.

Sesuai aturan leasing yang pastinya banyak merugikan pelanggan, jika tidak membayar maka dikenakan denda, jangka waktu tertentu mobil ditarik, dilunasipun pelanggan dikenakan pinalti. Jika mobil ditarik, mereka tidak menghitung lagi kerugian yang sudah ditimbulkan pelanggan, berupa uang muka dan pembayaran cicilan yang sudah disetorkan. Semua dianggap hangus tanpa kompensasi, mobil berubah posisi jadi milik leasing, kemana uang mereka hilang? (Dosa ketiga!).
Hal itu menjadi beban moral bagi saya, berapa banyak pelanggan yang menangis ketika usaha mereka bangkrut ditambah lagi mobil mereka ditarik pihak leasing tanpa memperhitungkan kembali yang sudah mereka setorkan. Yang paling nyeri ketika masa kreditnya ada yang tinggal beberapa bulan saja. Hangus uang ratusan juta, begitulah kejamnya dunia riba.

Teman-teman,saya yakin kasus ini ada dialami bahkan mungkin banyak dirasakan oleh para anggota KBM. Berikhtiarlah untuk segera keluar dari jeratan riba ini, kita do'akan rezeki teman-teman dimurahkan, karena sama sekali tidak ada untungnya melakuka pinjaman dalam segala bentuk ribanya. Dan buat para pekerja yang masih berkecimpung didunia riba, mohon maaf saya tidak menyinggung pekerjaan Anda, tapi yakinlah pekerjaan itu tidak membawa ketenangan dalam diri Anda karena banyak korban yang terjerat dan kesusahan kehidupan mereka akibat terjerat riba adalah tanggung jawab Anda dunia akhirat. semoga hidayah tercurah buat Anda, mana tahu tulisan ini menjadi wasilah hijrahnya Anda.
#SayNoToRiba
#NgeRIBAnget
Penulis Beban Moral Riba
(By Diana Sulistyorini)
Blog Umum

1 Komentar untuk "Beban Moral NGERiba"

  1. ya, saya juga pernah terjerat riba. terimakasih telah berbagi

    BalasHapus
Catatan Untuk Para Jejaker
  • Mohon Tinggalkan jejak sesuai dengan judul artikel.
  • Tidak diperbolehkan untuk mempromosikan barang atau berjualan.
  • Dilarang mencantumkan link aktif di komentar.
  • Komentar dengan link aktif akan otomatis dihapus
  • *Berkomentarlah dengan baik, Kepribadian Anda tercemin saat berkomentar.

Artikel Terbaru

Cara mengatasi Tidak dapat atau tidak bisa download pada google Drive Karena Kelebihan Limit

Cara Mengatasi Google Drive Tidak Bisa Download karena Kelebihan Limit Apakah Anda pernah merasa frustrasi ketika hendak mendownload file da...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel